Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-5 RI, mengalami kekalahan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004. Ia kalah dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) di putaran kedua pilpres. Namun, ia tidak mengajukan gugatan sengketa hasil pilpres ke Mahkamah Konstitusi (MK). Sikap Megawati ini diungkapkan oleh Jimly Asshiddiqie, mantan Ketua MK, yang bertemu dengannya di Istana setelah pengumuman hasil pilpres oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Jimly Asshiddiqie adalah Ketua MK pertama yang menjabat sejak 2003 hingga 2008. Ia merupakan salah satu tokoh yang berperan penting dalam mengawal proses demokrasi di Indonesia, khususnya dalam menyelesaikan sengketa pemilu dan pilpres. Jimly juga dikenal sebagai ahli hukum tata negara yang berintegritas dan berwibawa.
Dalam acara Gaspol! Kompas.com yang ditayangkan pada Sabtu (2/3/2024), Jimly menceritakan pengalamannya saat menemui Megawati di Istana. Ia membawa undang-undang MK untuk menjelaskan mekanisme gugatan sengketa hasil pilpres, termasuk batas waktu tiga hari setelah pengumuman resmi oleh KPU. Jimly menawarkan hak konstitusional Megawati untuk menguji hasil pilpres di MK.
Namun, Megawati menolak tawaran Jimly. Ia mengatakan bahwa ia sudah menerima kekalahan dengan ikhlas. Ia tidak ingin membawa perkara lebih jauh. Ia juga mengucapkan selamat kepada SBY-JK yang terpilih sebagai presiden dan wakil presiden. Jimly mengaku kagum dengan sikap Megawati yang berbesar hati dan menghormati proses demokrasi.
Setelah mendengar keputusan Megawati, Jimly meminta izin untuk menyampaikan kepada publik bahwa Megawati tidak akan mengajukan gugatan terkait hasil pilpres. Sehingga, berdasarkan keputusan KPU, SBY-JK secara resmi diumumkan sebagai presiden dan wakil presiden terpilih dalam pilpres 2004. Jimly mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan sikap Megawati dan mengonfirmasi bahwa keputusan KPU sudah final dan mengikat.
Sikap Megawati ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk dari SBY dan JK. Mereka menghargai sikap Megawati yang menunjukkan kedewasaan politik dan kebangsaan. Mereka juga berharap agar hubungan antara Megawati dan SBY-JK tetap harmonis dan saling mendukung demi kepentingan bangsa dan negara.