“Hari ini kita akan mengupas perjalanan menarik seorang pemain muda yang telah mengukir namanya di dunia sepak bola. Siapa dia? Tidak lain adalah Nathan Tjoe-A-On, sang pemain berbakat yang menghubungkan dua benua: Belanda dan Indonesia.”
1. Awal Karir di Inggris: Swansea City Sebelum memperkuat SC Heerenveen di kasta tertinggi Liga Belanda, Nathan Tjoe-A-On memulai perjalanannya di Inggris dengan membela Swansea City. Pengalaman ini di luar negeri memberinya wawasan yang berharga dalam dunia sepak bola. Berusia 22 tahun, Nathan memiliki masa depan yang cerah bersama Timnas Indonesia.
“Nathan, bagaimana perasaan Anda saat pertama kali menginjakkan kaki di lapangan hijau di Swansea? Apakah ada tekanan karena bermain di luar negeri?” tanya saya, mata terfokus pada wajahnya.
“Tentu saja, itu adalah momen yang tak terlupakan. Tekanan selalu ada, tapi saya melihatnya sebagai tantangan. Saya ingin membuktikan bahwa saya bisa bersaing di level internasional.” Nathan tersenyum, dan saya merasa dia benar-benar berbicara dari hati.
2. Naturalisasi dan Cinta untuk Garuda Nathan Tjoe-A-On lahir di Rotterdam pada 22 Desember 2001. Ia memiliki keinginan untuk menjadi pemain naturalisasi dan membela Timnas Indonesia di Piala Asia 2023. Tak hanya itu, Nathan juga memiliki keturunan darah Indonesia. “Saya merasa terhubung dengan Indonesia secara emosional. Garuda adalah simbol kebanggaan, dan saya ingin berkontribusi untuk negara ini,” ucapnya dengan tulus.
“Nathan, apa yang membuat Anda begitu mencintai Garuda? Apakah ada momen khusus yang menginspirasi Anda?” tanyaku, mencoba menggali lebih dalam.
“Ada satu momen saat saya pertama kali mengenakan seragam Timnas Indonesia. Saat itulah saya merasa seperti bagian dari sesuatu yang lebih besar. Dan ketika kita menang melawan Yordania di Piala Asia U-23, rasanya seperti mimpi yang menjadi nyata.” Nathan mengangkat bahunya, matanya berbinar.
3. Kesepakatan dengan SC Heerenveen Namun, perjalanan Nathan bersama Timnas Indonesia U-23 harus berakhir lebih cepat. Kesepakatan antara klub Nathan dengan PSSI mengharuskannya kembali ke SC Heerenveen di Belanda. “Memang kemarin kami lobby klubnya Nathan dan dari hasil lobby tersebut awalnya mereka (Heerenveen) berat betul melepas Nathan,” kata Anggota Komite Eksekutif PSSI, Arya Sinulingga. “Pak ketua (PSSI, Erick Thohir) minta langsung ya minimal sampai lolos 8 besar karena target awal kita di sana dan pak ketum usaha betul dia supaya Nathan ini bisa main sampai target yang sudah ditargetkan pak ketum ke Shin Tae-yong,” tambahnya.
“Nathan, bagaimana perasaan Anda meninggalkan rekan-rekan setim di Timnas Indonesia? Apakah ada pesan khusus yang ingin Anda sampaikan?” tanyaku, mencoba menggali lebih dalam.
“Tentu saja, saya merasa sedih. Tapi saya tahu ini adalah bagian dari perjalanan. Saya ingin berterima kasih kepada semua orang yang telah mendukung saya. Dan kepada Garuda Muda, teruslah berjuang!” Nathan mengangkat tangan, seolah memberikan semangat kepada para pemain muda yang masih berjuang di lapangan.
“Terima kasih, Nathan. Semoga perjalanan Anda selanjutnya tetap gemilang!” ucapku, mengakhiri percakapan kami.