Usaha tani tomat di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan pendapatan petani. Sebagai bahan makanan, kandungan gizi buah tomat tergolong lengkap dan memiliki peluang pemasaran yang cerah. Namun, bagaimana kinerja keuangan usaha tani tomat dibandingkan dengan usaha tani lain dan standar industri? Mari kita telusuri lebih lanjut.
Berdasarkan penelitian, pendapatan rata-rata dari usaha tani tomat adalah sebesar Rp. 61.579.939,58 per hektar per musim tanam. Biaya total untuk usaha tani tomat mencapai Rp 32.085.284,054, sedangkan penerimaannya adalah Rp 75.987.654,32, diperoleh dari hasil panen tomat 30.395,06 kilogram per hektar dengan harga Rp 2.500/kg. Dengan demikian, usaha tani tomat memperoleh pendapatan sebesar Rp 43.902.370,28 per hektar per satu kali musim tanam.
Sebagai perbandingan, pendapatan usahatani atas biaya tunai sayuran per 1000 m2 pada musim tanam Mei-Juni 2020 mencapai Rp 9.377.295/MT/petani dan pendapatan atas biaya diperhitungkan sebesar Rp 8.079.380/MT/petani. Sementara itu, pendapatan usahatani dengan pola tanam monokultur cabai untuk satu kali musim tanam adalah sebesar Rp.30.322.993 atau Rp.10.107.664/bulan.
Standar industri kinerja keuangan usaha tani dapat dilihat dari beberapa rasio keuangan seperti rasio likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas. Penting untuk dicatat bahwa industri yang berbeda memiliki norma dan standar kinerja keuangan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, sangat penting untuk membandingkan rasio-rasio dalam industri yang sama untuk mendapatkan wawasan yang bermakna mengenai kinerja perusahaan.
Dari analisis di atas, dapat dilihat bahwa usaha tani tomat memiliki kinerja keuangan yang baik dengan pendapatan yang cukup tinggi per hektar per musim tanam. Meskipun demikian, kinerja keuangan ini harus selalu dibandingkan dengan usaha tani lain dan standar industri untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan akurat. Selain itu, penting juga untuk selalu mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti risiko, kondisi pasar, dan kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan usaha tani.