Indonesia, sebagai negara dengan populasi yang besar dan beragam, memiliki tantangan unik dalam menyediakan akses internet yang terjangkau bagi seluruh masyarakatnya. Dengan lebih dari 273 juta penduduk dan 362 juta pelanggan telekomunikasi seluler, kebutuhan akan paket data yang terjangkau adalah suatu keharusan.
Operator telekomunikasi seluler di Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan ini. Misalnya, Telkomsel, operator terbesar di negara ini, telah meluncurkan paket data denominasi rendah untuk menarik lebih banyak konsumen kelas menengah dan muda. Strategi ini, meskipun mengakibatkan penurunan ARPU (Average Revenue Per User) sebesar 5% YoY pada Q1 2022 menjadi $2.87 (IDR 41,000), telah berhasil menarik lebih banyak pengguna data.
Selain itu, operator lain seperti Indosat Ooredoo Hutchinson (IOH), yang merupakan operator terbesar kedua setelah merger Indosat Ooredoo (ISAT) dan Hutchinson 3 Indonesia (H3I) pada awal 2022, juga telah meluncurkan paket data denominasi rendah. Hal ini telah mengakibatkan penurunan ARPU mereka sebesar 2.1% YoY pada Q1 2022 menjadi $2.24 (IDR 32,000).
Namun, upaya ini bukan tanpa tantangan. Misalnya, setelah merger, ISAT dan H3I perlu melakukan realokasi BTS (Base Transceiver Stations) mereka. Jaringan gabungan ini akan memberikan jangkauan yang lebih luas untuk penyebaran 5G yang lebih baik, karena kedua operator ini memiliki frekuensi 1800 MHz di sub-range yang berbeda.
Operator lain seperti XL Axiata telah berhasil mempertahankan basis pelanggan mereka yang hampir stabil selama dua tahun terakhir dengan ARPU sebesar $2.52 (IDR 36,000). Fokus XL pada kebutuhan pelanggan membuat mereka menawarkan produk dan layanan yang menarik dan relevan dari waktu ke waktu.
Sementara itu, Smartfren, operator jaringan 4G penuh, dikenal karena paket internetnya yang terjangkau dan fokus pada konsumen low-mid. Meskipun ARPU mereka adalah yang terendah, sekitar $1.75 (IDR 25,000), kualitas 4G mereka baik berkat agregasi frekuensi 850 MHz dan 2300 MHz.
Selain upaya dari operator telekomunikasi, pemerintah Indonesia juga berperan penting dalam upaya ini. Misalnya, Mitratel, operator tower telekomunikasi terbesar di Indonesia, telah menganggarkan USD 69,5 juta atau IDR 1 triliun untuk membangun lebih banyak tower telekomunikasi untuk daerah terbelakang dan terluar di seluruh Indonesia.
Melalui Bakti, lengan infrastruktur telekomunikasi di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika, pemerintah memberikan bantuan dalam kerjasama dengan perusahaan telekomunikasi. Dalam skema kerjasama ini, perusahaan telekomunikasi akan bertanggung jawab atas operasional, sementara Bakti bertanggung jawab atas pembangunan dan pemeliharaan tower dari lahan yang disediakan oleh pemerintah daerah.
Dengan demikian, melalui kombinasi upaya dari operator telekomunikasi dan pemerintah, Indonesia berusaha untuk menyediakan paket internet yang lebih terjangkau bagi masyarakatnya. Meskipun masih ada tantangan yang harus dihadapi, langkah-langkah ini menunjukkan komitmen kuat untuk mencapai tujuan ini. Dengan terus berinvestasi dalam infrastruktur dan inovasi, serta dengan memahami dan merespons kebutuhan pelanggan, operator telekomunikasi di Indonesia dapat terus bergerak maju dalam upaya mereka untuk menyediakan paket internet yang lebih terjangkau bagi masyarakat.