Dunia saat ini sedang menghadapi berbagai krisis geopolitik yang berpotensi memicu konflik bersenjata antara negara-negara besar. Salah satu sumber ketegangan terbesar adalah perseteruan antara Rusia dan Ukraina, yang melibatkan Amerika Serikat (AS) dan NATO. Rusia dituduh akan menyerang Ukraina, setelah mengumpulkan lebih dari 100 ribu pasukan di perbatasan kedua negara. AS dan NATO juga telah mengirimkan pasukan, kapal perang, dan jet tempur ke wilayah Laut Hitam, untuk mendukung Ukraina yang merupakan sekutu mereka. Presiden AS Joe Biden telah menegaskan bahwa dia akan mengerahkan pasukan ke Eropa Timur, untuk meningkatkan kehadiran NATO di sana. Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin telah membekukan perjanjian pengurangan senjata nuklir START dengan AS, sebagai tanggapan atas tindakan Washington dan NATO. Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan bahwa pasokan senjata Barat ke Ukraina berisiko menimbulkan ‘bencana’ nuklir global, yang bisa memicu Perang Dunia ke-3.
Selain konflik Rusia-Ukraina, dunia juga dihadapkan dengan situasi panas antara AS dan China, yang saling bersaing dalam bidang ekonomi, teknologi, dan militer. China dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia, pencurian kekayaan intelektual, dan ekspansi agresif di Laut China Selatan dan Taiwan. AS telah menjatuhkan sanksi, tarif, dan pembatasan terhadap China, serta meningkatkan kerjasama dengan sekutu-sekutu regionalnya, seperti Jepang, Australia, dan India. Presiden China Xi Jinping telah menegaskan bahwa dia ingin menyatukan China dan Taiwan, yang dianggap sebagai provinsi yang memisahkan diri. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa China akan menggunakan kekuatan militer untuk mencapai tujuannya, yang bisa memicu konfrontasi dengan AS dan sekutunya.
Selain itu, dunia juga harus menghadapi ancaman nuklir dari Iran dan Korea Utara, yang terus mengembangkan program senjata nuklir dan rudal balistik mereka. Iran telah melanggar sejumlah ketentuan perjanjian nuklir yang ditandatangani dengan AS dan negara-negara lain pada tahun 2015, setelah AS keluar dari perjanjian tersebut pada tahun 2018 dan menjatuhkan sanksi berat terhadap Iran. Iran juga terlibat dalam konflik regional dengan Arab Saudi, yang merupakan sekutu AS di Timur Tengah. Korea Utara, di bawah kepemimpinan Kim Jong-un, telah melakukan sejumlah uji coba nuklir dan rudal, yang menimbulkan ancaman bagi keamanan regional dan global. AS telah mencoba melakukan diplomasi dengan Korea Utara, tetapi belum berhasil mencapai kesepakatan yang mengikat untuk menyelesaikan krisis nuklir tersebut.
Dengan demikian, dunia saat ini sedang menghadapi berbagai tantangan dan ancaman yang bisa memicu konflik bersenjata antara negara-negara besar, yang bisa berujung pada Perang Dunia ke-3. Hal ini tentu saja menimbulkan kecemasan dan kegelisahan bagi banyak pihak, termasuk para pemimpin dunia, para CEO perusahaan internasional, dan masyarakat umum. Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama dan diplomasi yang konstruktif untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut secara damai, dan mencegah terjadinya bencana kemanusiaan yang tak terbayangkan akibatnya.