Pendeta Gilbert Lumoindong Minta Maaf Atas Ceramahnya yang Menyinggung Salat dan Zakat

budisantoza
3 Min Read

Jakarta – Pendeta Gilbert Lumoindong, yang dikenal luas di kalangan masyarakat Indonesia, baru-baru ini menjadi sorotan publik. Pasalnya, ceramahnya yang menyinggung soal salat dan zakat dalam Islam telah viral di media sosial dan menimbulkan kegaduhan.

Gilbert, dengan kerendahan hati, meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, atas kegaduhan yang terjadi. “Sekali lagi saya meminta maaf atas segala kegaduhan,” ujar Pendeta Gilbert. Dia pun menegaskan bahwa dirinya tak bermaksud untuk mengolok-olok umat Islam melalui ceramahnya tersebut. “Beberapa catatan yang perlu saya garis bawahi. Yang pertama pasti tidak ada niat saya untuk mengolok-ngolok apalagi menghina, sama sekali tidak,” ucap Pendeta Gilbert.

Gilbert menyebut video ceramahnya yang viral di media sosial tersebut telah diedit dan dipotong, sehingga tidak memuat penjelasan yang lengkap. “Tetapi yang pasti bahwa penjelasan itu bukan penjelasan yang lengkap. Penjelasan yang lengkap sebetulnya itu sebagai otokritik umat Kristiani,” jelas Pendeta Gilbert.

Gilbert mengklarifikasi pernyataannya soal ibadah zakat umat Muslim. Dia mengaku telah mendapat penjelasan dari Jusuf Kalla (JK), Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI). “Nah itu yang saya bilang dan kebetulan di umat Kristen ada kepercayaan misalnya tentang memberi 10%. Di pengetahuan saya, wah umat Muslim di situnya yang agak lebih gampang 2,5%. Tapi setelah bicara sama Pak JK hari ini dia bilang, ‘Oh salah pendeta, 2,5% itu cuma zakat, belum infaq, belum sedekahnya, belum wakaf -nya. Itu lebih berat lagi,” kata Gilbert.

Sementara itu, Jusuf Kalla mengaku awalnya juga terkejut dengan video ceramah Pendeta Gilbert yang viral di media sosial itu. Namun, setelah mendengar penjelasan Pendeta Gilbert, semuanya menjadi jelas. “Saya sih terkejut, kecewa juga waktu melihat itu. Dan dijelaskan, karena bagi saya hidup di negeri yang tercinta ini kita saling menghargai satu sama lain,” kata Kalla.

Dalam suasana yang penuh emosi ini, Gilbert menunjukkan sikap yang patut diapresiasi. Dia tidak hanya meminta maaf, tetapi juga berusaha menjelaskan maksud sebenarnya dari ceramahnya tersebut. Ini adalah contoh bagus dari bagaimana kita harus berkomunikasi dengan bijaksana dan saling menghargai di tengah perbedaan.

Sebagai penutup, mari kita ingat pesan Gilbert, “Jadi nggak mungkin saya menebar sesuatu yang buruk karena justru ini seperti otokritik bagi kita, ayo kita berbuat lebih baik. Kita belajar dari saudara sepupu (umat Islam),” kata dia. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk selalu berbicara dengan hati-hati dan menghargai perbedaan yang ada.

TAGGED:
Share This Article