Rekaman suara berdurasi 38 menit yang beredar di media sosial Rusia pada Jumat (1/3/2024) lalu mengejutkan dunia. Dalam rekaman tersebut, terdengar empat orang yang diduga perwira militer Jerman sedang mendiskusikan rencana operasi serangan terhadap Crimea, wilayah yang dianeksasi Rusia pada 2014.
Rekaman tersebut diunggah oleh Margarita Simonyan, kepala saluran RT yang didukung negara Rusia, yang mengklaim mendapatkan file tersebut dari pejabat keamanan Rusia. Simonyan juga mempublikasikan transkrip bahasa Rusia dari rekaman tersebut.
Dalam rekaman tersebut, salah satu orang yang terekam diduga adalah Letnan Jenderal Ingo Gerhartz, panglima angkatan udara Jerman (Luftwaffe). Ia bersama tiga orang lainnya sedang membahas kemungkinan penggunaan rudal jelajah Taurus buatan Jerman oleh pasukan Ukraina dan potensi dampaknya.
Topik yang dibahas mencakup mengarahkan rudal ke sasaran seperti jembatan utama di atas selat Kerch yang menghubungkan daratan Rusia ke Crimea, pangkalan udara Belbek, dan pusat komando militer Rusia di Simferopol. Diskusi tersebut juga menyinggung penggunaan rudal yang diberikan ke Kyiv oleh Prancis dan Inggris, yaitu Storm Shadow dan Scalp.
Rekaman tersebut semakin memanaskan situasi antara Rusia dengan negara-negara NATO, yang telah berkonflik sejak Rusia menginvasi dan menganeksasi Crimea pada 2014. Sejak itu, Rusia dan Ukraina terlibat dalam perang saudara yang telah menewaskan lebih dari 13.000 orang.
Kyiv telah lama meminta Jerman untuk menyediakan rudal Taurus, yang dapat mencapai target hingga jarak 500 km. Rudal tersebut dianggap sebagai senjata yang efektif untuk mengimbangi kekuatan militer Rusia di Crimea dan wilayah Donbass yang dikuasai separatis pro-Rusia.
Namun, Jerman selama ini menolak permintaan tersebut dengan alasan tidak ingin memperburuk hubungan dengan Rusia dan menimbulkan eskalasi militer. Jerman juga mengklaim sebagai mediator yang netral dalam konflik Ukraina dan berusaha mencari solusi diplomatis.
Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Sabtu (2/3/2024) menjanjikan penyelidikan penuh setelah rekaman tersebut beredar. Ia mengatakan bahwa rekaman tersebut sangat memalukan dan merusak citra Jerman sebagai negara yang berkomitmen pada perdamaian dan hukum internasional.
“Kami akan menyelidiki bagaimana rekaman ini bisa bocor dan apakah ada perubahan atau manipulasi pada versi yang beredar di media sosial. Kami juga akan mengevaluasi keterlibatan personel militer kami dalam diskusi tersebut dan mengambil tindakan yang sesuai,” kata Scholz dalam konferensi pers.
Scholz juga menegaskan bahwa Jerman tidak pernah memiliki rencana untuk menyerang Crimea atau mendukung operasi militer Ukraina. Ia mengatakan bahwa diskusi tersebut hanyalah bagian dari latihan simulasi dan analisis situasi yang rutin dilakukan oleh angkatan bersenjata Jerman.
“Kami tidak pernah berencana untuk menyerang Crimea atau mendukung operasi militer Ukraina. Kami selalu menghormati kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina, tetapi kami juga menghormati hukum internasional dan prinsip non-intervensi. Diskusi tersebut hanyalah bagian dari latihan simulasi dan analisis situasi yang rutin dilakukan oleh angkatan bersenjata kami,” kata Scholz.
Namun, penjelasan Scholz tidak cukup meyakinkan bagi Rusia, yang menganggap rekaman tersebut sebagai bukti keterlibatan Jerman dalam perang Ukraina. Rusia juga menganggap rekaman tersebut sebagai ancaman serius terhadap keamanan dan kedaulatan Rusia.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Minggu (3/3/2024) mengatakan bahwa rekaman tersebut menunjukkan bahwa Jerman telah berbohong kepada dunia dan bersekongkol dengan Ukraina untuk menyerang Crimea. Ia juga mengatakan bahwa Rusia akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi diri dari agresi Jerman dan sekutunya.
“Rekaman ini menunjukkan bahwa Jerman telah berbohong kepada dunia dan bersekongkol dengan Ukraina untuk menyerang Crimea. Ini adalah tindakan yang sangat provokatif dan berbahaya, yang dapat memicu perang besar di Eropa. Rusia tidak akan tinggal diam dan akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi diri dari agresi Jerman dan sekutunya,” kata Lavrov.
Lavrov juga mengecam NATO sebagai organisasi yang mendukung dan memfasilitasi rencana serangan Jerman terhadap Crimea. Ia mengatakan bahwa NATO telah menjadi alat untuk mengintervensi urusan dalam negeri negara-negara lain dan mengancam perdamaian dunia.
“NATO adalah organisasi yang mendukung dan memfasilitasi rencana serangan Jerman terhadap Crimea. NATO telah menjadi alat untuk mengintervensi urusan dalam negeri negara-negara lain dan mengancam perdamaian dunia. NATO harus dihentikan dan dibubarkan,” kata Lavrov.
Rekaman rahasia yang bocor ini telah menimbulkan ketegangan baru antara Rusia dan negara-negara Barat, yang telah berseteru sejak krisis Ukraina meletus pada 2014. Rekaman ini juga telah merusak reputasi Jerman sebagai negara yang moderat dan berperan sebagai jembatan antara Timur dan Barat.
Apakah rekaman ini akan memicu perang baru di Eropa? Apakah Jerman akan mengubah sikapnya terhadap Rusia dan Ukraina? Apakah dunia akan menyaksikan pertempuran sengit antara rudal-rudal Jerman dan Rusia di atas langit Crimea? Hanya waktu yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.