Di tengah tantangan global yang semakin kompleks, pertanyaan “Siapkah Kita Menghadapi Era Baru Pangan?” menjadi sangat relevan. Krisis pangan global yang diperkirakan akan terjadi hingga tahun 2023 menuntut kita untuk bersiap secara serius.
Sistem pangan saat ini harus mengalami beberapa perubahan mendasar. Pangan harus dianggap sebagai kebutuhan kolektif yang esensial, bukan sekadar komoditas. Prinsip-prinsip kedaulatan pangan harus menjadi bagian dari pemulihan krisis.
Kebijakan Ketahanan Pangan Indonesia 2024 menunjukkan bahwa pemerintah berharap dapat mencapai ketahanan pangan yang lebih tangguh. Langkah-langkah konkret dan dukungan dari semua lapisan masyarakat diharapkan dapat menciptakan ketahanan pangan yang berkelanjutan dan menyeluruh di Indonesia.
Namun, tantangan yang dihadapi tidak ringan. Sejumlah bahan pangan utama masih sangat bergantung pada impor. Misalnya, kedelai (80-90% impor), gula pasir (65-70% impor), bawang putih (90-95% impor), dan daging sapi (25-30% impor). Gangguan produksi dunia pada pangan strategis ini akan sangat berpengaruh pada kondisi pangan nasional.
Menteri Pertanian optimistis bahwa Indonesia bisa menuju swasembada pangan pada 2026. Ada tiga tahapan yang harus dilalui: menekan impor, memperbaiki produksi pangan dalam negeri, dan akhirnya mencapai swasembada.
Pangan merupakan kunci pembangunan dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Transformasi sistem pangan Indonesia menjadi sangat penting untuk mendukung target ambisius ini.
Krisis ekonomi akibat pandemi telah mengajarkan kita banyak hal, salah satunya adalah pentingnya ketahanan pangan. Ketika rantai pasok global terganggu, negara-negara yang memiliki ketahanan pangan yang kuat dapat bertahan lebih baik.
Diversifikasi sumber pangan dan pengembangan teknologi pertanian menjadi kunci dalam menghadapi era baru ini. Inovasi dalam bidang pertanian, seperti penggunaan teknologi hidroponik dan aquaponik, dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya ketahanan pangan juga harus ditingkatkan. Program-program edukasi dapat membantu masyarakat memahami cara-cara bertani yang berkelanjutan dan konsumsi pangan yang bertanggung jawab.
Kerjasama internasional juga memegang peranan penting. Pertukaran pengetahuan dan teknologi antarnegara dapat membantu meningkatkan kapasitas produksi pangan secara global.
Perubahan iklim adalah faktor lain yang tidak bisa diabaikan. Perubahan pola cuaca dapat mempengaruhi produksi pangan, sehingga adaptasi dan mitigasi perubahan iklim harus menjadi bagian dari strategi ketahanan pangan.
Pemerintah harus berperan aktif dalam menciptakan kebijakan yang mendukung petani kecil dan usaha pertanian lokal. Subsidi dan insentif dapat membantu mereka bersaing di pasar global.
Investasi dalam riset dan pengembangan di sektor pertanian juga sangat dibutuhkan. Riset dapat membantu menemukan varietas tanaman baru yang lebih tahan terhadap perubahan iklim dan hama penyakit, serta meningkatkan produktivitas tanaman.