Tapera: Antara Ketidakjelasan dan Harapan Masa Depan yang Suram

budisantoza
3 Min Read
Tapera: Antara Ketidakjelasan dan Harapan Masa Depan yang Suram

Seiring berjalannya waktu, kita semua berharap untuk memiliki tempat tinggal yang layak dan terjangkau. Salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk mewujudkan harapan tersebut adalah melalui program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). Namun, sejauh ini, banyak pertanyaan yang muncul seputar efektivitas dan manfaat nyata dari program ini.

Di tengah harapan yang menggema, ada Tapera, tabungan impian kita semua, katanya. Namun, manfaatnya terasa tak nyata. Simpanan bertumbuh, namun tak terasa. Pertanyaan besar yang muncul adalah, “Untuk apa?”. Rumah idaman, masihkah jauh di masa? Peraturan yang rumit, layakkah dipertahankan? Atau perlu kajian, untuk kebaikan?

Tapera adalah program yang bertujuan untuk menghimpun dan menyediakan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk pembiayaan perumahan dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau bagi peserta. Dana Tapera diperoleh dari aktivitas pengumpulan dana dari peserta yang terdiri atas pekerja dan pekerja Mandiri. Dana tersebut kemudian diadministrasikan oleh bank kustodian.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2024 tentang Perubahan Atas PP Nomor 25 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) menjadi solusi persoalan masyarakat yang tidak punya rumah. Tapera, lanjut dia, akan menjadi solusi atas permasalahan gap antara masyarakat yang tidak memiliki hunian tetap karena miliki pemasukan atau pendapatan yang terbatas.

Dari sisi positif, aturan yang ditetapkan pada 20 Mei 2024 ini, dinilai mampu menghasilkan efek dampak ganda bagi ekonomi yang meliputi penciptaan lapangan kerja, penggunaan input produksi sehingga bermuara pada sumbangan pertumbuhan ekonomi juga.

Namun demikian, Tapera juga memiliki sisi negatif yakni dalam jangka pendek akan menambah biaya produksi bagi para pelaku usaha. Secara langsung, pengusaha berkontribusi terhadap iuran sebesar 0,5 persen per bulan. Dalam proses negosiasi mereka untuk income mereka di masa depan yang pada akhirnya iuran 2,5 persen ini secara tidak langsung terserap oleh pengusaha yang pada akhirnya menjadi biaya juga buat mereka.

Maka dari itu, Tapera menjadi sebuah dilema antara harapan dan realitas. Di satu sisi, program ini diharapkan dapat membantu masyarakat mendapatkan rumah yang layak dan terjangkau. Namun di sisi lain, banyak pertanyaan dan kekhawatiran yang muncul seputar efektivitas dan manfaat nyata dari program ini. Apakah Tapera benar-benar menjadi solusi atau hanya menambah beban bagi masyarakat? Hanya waktu yang dapat menjawab.

Share This Article